NAGASASRA dan SABUK INTEN
Judul Buku | : | Nagasasra dan Sabuk Inten |
Karya | : | SH Mintardja |
Gambar Kulit | : | Kentardjo |
Illustrasi | : | R. Soesilo |
Jilid | : | 29 Jilid |
Format | : | A5 |
Halaman | : | 80 halaman |
Kertas | : | Buram |
Penerbit | : | Kedaulatan Rakyat Yogyakarta |
Tahun | : | Jilid 1 dicetak tahun 1966 |
Prakata Penulis
apa yang dapat kuutarakan
dalam buku kecil ini, sama sekali
tak berarti, meskipun
aku bermaksud untuk mengatakan
sesuatu, tentang jiwa kepahlawanan, kecintaan kepada rakyat dan tanah air, kesetiaan pada kebenaran,
serta hukuman pada setiap kemungkaran, lebih dari pada itu,
aku ingin mengutarakan,
betapa tanah air memiliki pula
bahan-bahan yang dapat disusun untuk sebuah cerita seperti ini.
Mahesa Jenar
dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mahesa_Jenar
Mahesa Jenar merupakan tokoh utama dalam cerita Nagasasra dan Sabukinten karya S.H. Mintardja. Cerita yang populer tahun 1960 ini mengisahkan tentang sosok mantan prajurit Kasultanan Demak dalam upaya mencari pusaka kerajaan, yakni keris Nagasasra dan Sabukinten.
Penggambaran tokoh
Mahesa Jenar dikenal pula sebagai Senapati Rangga Tohjaya. Gelar itu didapatnya saat masih menjabat sebagai salah satu prajurit pilihan di Kerajaan Demak. Mahesa Jenar berasal dari Kadipaten Pandan Arang (Semarang). Dia adalah murid dari Ki Ageng Pengging Sepuh alias Pangeran Handayaningrat, putra dari Prabu Brawijaya kelima. Saudara seperguruannya adalah Ki Ageng Pengging alias Ki Kebo Kenanga adalah putra dari Ki Ageng Pengging Sepuh. Di dalam perantauannya, Mahesa Jenar juga dikenal sebagai Manahan. Nama itu dipakainya saat melarikan diri dari kejaran laskar banyubiru demi menyelamatkan Arya Salaka, putra sahabatnya, Ki Ageng Gajah Sora.
Masa kecilnya dilalui sebagai teman bermain “Nis” yang dikenal juga sebagai Ki Ageng Sela Enom. Nis Sela atau yang dikenal juga dengan sebutan Ki Ageng Ngenis adalah putra dari Ki Ageng Sela Sepuh.
Legenda mengatakan bahwa Ki Ageng Sela Sepuh (yang tinggal di daerah Sela, Boyolali, Jawa Tengah) memunyai kelincahan yang luar biasa sehingga mampu menangkap petir. Dan kemampuan ini menurun pada anaknya (Nis Sela)
Dalam cerita rekaan ini, tokoh fiktif ini digambarkan dekat dengan beberapa tokoh yang masuk dalam sejarah Jawa, di antaranya: Sultan Trenggana, Jaka Tingkir, Panjawi, dan sosok-sosok lainnya.
Hubungan dengan beberapa tokoh nyata ini karena jalan ceritanya mengambil latar ketika masih berkuasanya Kasultanan Demak. Mahesa Jenar merupakan salah satu prajurit yang sangat dihormati di lingkungan kerajaan, termasuk oleh Sultan Trenggana sendiri. Sayang saat terjadi peristiwa terbunuhnya Ki Kebo Kenanga ditambah pencurian pusaka kerajaan, Kyai Nagasasra dan Kyai Sabukinten, Mahesa Jenar dianggap sebagai seteru kerajaan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan mulai merantau untuk melacak keberadaan kedua keris pusaka itu.
Mahesa Jenar dikenal dengan sikapnya yang jantan dan ksatria. Dia adalah tipikal prajurit yang berjuang tanpa berharap imbalan. Begitu gigihnya dalam perjuangan, Mahesa Jenar sampai kadang melupakan kepentingan pribadinya. Mahesa Jenar juga tipe pria yang keras hati dan kadangkala dianggap kaku oleh kaum perempuan. Kekakuannya itu sebenarnya adalah cerminan dari ketulusan jiwanya dan kerelaannya berkorban untuk sesuatu yang dianggapnya benar. Termasuk jika dia harus mengorbankan perasaannya sendiri demi kebahagiaan orang yang dicintainya. Sikapnya yang demikian juga karena kecanggungannya jika berhadapan dengan wanita sehingga membuatnya bisa bersikap tidak wajar. Peristiwa yang melibatkan dirinya dengan Nyai Wirasaba menunjukkan betapa Mahesa jenar kurang peka dalam menyelami perasaan seorang wanita.
Dalam perjalanannya, suatu hari di Hutan Tambak Baya, dirinya menolong seorang gadis cantik bernama Dewi Rara Wilis dari cengkeraman penjahat yang menamakan dirinya Jaka Soka dan Lawa Ijo setelah melalui pertempuran sengit dan nyaris tewas oleh kekuatan pusaka Lawa Ijo. Dari situlah Mahesa Jenar kemudian menaruh bibit cinta pada Rara Wilis. Rara Wilispun ternyata membalas cintanya, meskipun kemudian Mahesa Jenar berusaha meninggalkannya karena tahu dirinya tidak bisa memberikan apa-apa pada gadis yang sangat dicintainya itu. Hal itu dilakukannya setelah mengetahui saudara perguruan Rara Wilis, Demang Sarayuda yang kaya raya juga mencintai Rara Wilis. Tidak diketahui apakah sikap Mahesa Jenar yang demikian itu benar-benar keluar dari dasar hatinya ataukah sekedar akibat kecemburuan sesaat. Beruntung kemudian Mahesa Jenar mendapat nasihat dari Ki Ageng Pandan Alas, kakek sekaligus guru dari Rara Wilis.
Dalam perantauannya, Mahesa Jenar bersahabat dengan Ki Ageng Gajah Sora dari Banyubiru. Ki Ageng Gajah Sora adalah putra sekaligus murid dari Ki Ageng Sora Dipayana yang juga adalah sahabat gurunya. Uniknya, sebelum saling menyadari, keduanya terlibat pertarungan dahsyat yang nyaris merenggut nyawa mereka berdua. Persahabatan mereka berdua pula yang membawa Mahesa Jenar terlibat perang saudara di Banyubiru dan akhirnya harus melarikan diri setelah Ki Ageng Gajah Sora difitnah telah mencuri keris Nagasasra dan Sabukinten. Dalam pelariannya itu, dia membawa putra Ki Ageng Gajah Sora, Arya Salaka yang belakangan diangkatnya sebagai anak dan murid. Secara tidak diduga, dalam pelariannya selama hampir lima tahun itu, dia bertemu dengan paman gurunya Ki Kebo Kanigara saudara seperguruan sekaligus anak tertua Ki Ageng Pengging Sepuh , yang memiliki kesaktian jauh lebih dahsyat dari gurunya sendiri. Dan lewat bimbingan dari Kebo Kanigara pulalah Mahesa Jenar akhirnya bisa melewati batas kemampuan ilmunya sendiri yang membuat ilmunya meningkat berlipat-lipat hingga diapun juga berhasil melampaui kesaktian gurunya.
Kesaktian
Mahesa Jenar menguasai Ilmu Sasra Birawa dari perguruan Pengging dengan baik. Sebelum mendapat bimbingan dari Ki Kebo Kanigara, ilmunya masih belum seberapa, hanya setingkat lebih tinggi dari kesaktian para pendekar level menengah seperti Mantingan, Wirasaba, Jaka Soka atau Lawa Ijo. tapi setelah menggembleng diri di bawah bimbingan Ki Kebo Kanigara, ilmunya meningkat tajam, bahkan jika harus melawan para sesepuh dunia persilatan sekalipun Mahesa Jenar tidak akan kalah Sehingga Mahesa Jenar kemudian disebut sebagai titisan dari Almarhum Pangeran Handayaningrat sendiri. Bahkan oleh sebagian kalangan tua, Mahesa Jenar dipandang lebih hebat dari gurunya tersebut.
Tata Gerak yang diperagakan oleh Mahesa Jenar selain murni dari tata gerak perguruan Pengging, juga dikembangkan dengan kemampuannya menirukan gerak binatang di alam liar, sehingga perkembangan gerakan Perguruan Pengging menjadi semakin bervariasi. Mahesa Jenar kerap disebut memiliki kelincahan seekor kijang dengan tenaga seekor banteng. Dia juga bisa menggunakan berbagai macam senjata dengan baik berkat latihannya sebagai prajurit, segala benda yang ada di tangannya bisa digunakan sebagai senjata yang mematikan.
Mahesa Jenar juga gemar mengamati setiap tata gerak dari setiap lawannya membuatnya mampu membaca setiap gerakan lawannya. Ki Kebo Kanigara menyebutnya bertarung dengan kecerdasan. Tidak salah jika disebut demikian karena Mahesa Jenar selain jeli juga memiliki otak yang cemerlang. Kecerdasannya dibuktikan saat mengungkap teka-teki keberadaan tokoh misterius bernama Pasingsingan, bahkan dia berhasil pula menghubungkan keberadan Pasingsingan dengan Panembahan Ismaya, sesepuh Padepokan Karang Tumaritis, yang sejatinya adalah guru dari seluruh Pasingsingan yang ada. Berkat kecerdasannya pula dia berhasil menyempurnakan ilmu Sasrabirawa tidak hanya sebagai ilmu untuk menyerang, tapi juga bisa berfungsi sebagai pertahanan. Pasingsingan yang bernama Umbaran pernah merasakan bagaimana ilmunya berhasil dipatahkan dengan perlindungan Sasrabirawa yang disempurnakan oleh Mahesa jenar.
Mahesa Jenar juga kebal racun karena di dalam darahnya mengalir bisa ular Gundala Seta yang terkenal mampu menetralisir segala macam racun. Bisa ular Gundala Seta tersebut diperolehnya dari Ki Ageng Sela. Kemampuannya dibuktikan saat mengobati kaki Wirasaba, salah satu sahabatnya yang disebut juga sebagai Seruling Gading. Dan sekali lagi saat memunahkan racun dari pusaka Lawa Ijo yang dikenal dengan sebutan Akik Kelabang Sayuta.
Wedaran naskah:
Naskah diunggah satu demi satu sesuai ketersediaan wajtu untuk editing. Tautan (link) sudah disediakan di bawah ini, tetapi mungkin belum semuanya terdapat tautan ke naskah. Mohon bersabar.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
neng gandok KENE ketemu ki BELOM adai,
Ok-Ok-Ok…..nomer SIJI…!!
belum ada ……….hikss
juga ngaa’ apa-apa
yang penting ada gandhok ada pencerahan.
Sugeng dalu para kadhang sutresna.
NSSI (Nagasasra Sabukinten) tidak hanya 16 episode, tetapi kalau tidak salah 30 jilid.
Mohon pencerahannya?.
Mangayubagya lairing Web…
Ngaturaken Ambal Warsa kagem Ki Panji Satria Pameder
betul3 itu ki … edisi pertama memang lebih banyak , yaitu 28 jilidnya karena edisi berikutnya sudah digabung/dibendel sehingga lebih ringkas …
Capet2 kula inggih taksih kengetan menawi punuk-ipun Bugel Kaliki dipun gebud aji Sasra Birawa menika wonten jilid 25.
Bha ha ha, …… pade ngumpul disini ye!
ku sedang edit yg di tirai kasih tapi tanpa buku asli, susahnya gak tau batas antar jilid 😛 hi hi kalo mau ku kirim ajja doc nya
Selamat malam rekan-rekan di NSSI SHM, email saya di Yahoo.com dam Yahoo.co.id sedang mengalami gangguan. Adakah hal serupa seperti yang saya alami ini? Saya minat untuk kirim dan terima file namun sedang gangguan seperti di atas. Mohon tanggapannya, trims.
Sampai tadi malam tidak ada masalah Ki
Tidak tahu hari ini, karena saluran internet di tempat kami lemot banget, Ini baru agak lumayan.
Terima kasih.
Berarti saya harus bersih-bersih, mungkin desktop ada virus atau yang lain.
emang napa raharga 😛 hi hi kepenuhan cersil kali yeee, kemana ajja ni ko ga upload lagi di sebelah
Menggunakan Win7, email terganggu. Buka email error dibilang server tidak ada, semua tidak bisa yakni Opera, MFox, Safari, IE, Chrome.
Tetapi dengan WinXp normal, jadi sekarang gunakan 2, Win7 dan WinXp.
mBak DewiKZ, apakah ada yang perlu di edit nich, sekarang sedang nganggur hanya edit GajahMada (Mmgk).
Sugêng énjang
sugeng ikut papanya beli godiva
Selamat pagi,
wuihhhhhh, pasti NSSS kayaknya keren tuh……
kayaknya yg lengkap tu yg masih ada urutan episode dari koran terbitan Kedaulatan Rakyat tu sebanyak 873 episode terbitan
Utk ADBM kayaknya sih sebagian bsr sdh edit keroyakan dulu,
oke la nti ku kirimkan nssi nya
me…nunggu (gaya bang haji)
Ikut menunggu kiprahnya Mahesa Jenar ….
Wah…
Makin luas nih..
Selamat datang bagiku dipadepokan baru..
Selamat kagem para punggawa yg makin meluaskan karya2 Indonesia..
SALUUUT….
Şĭ Şĭ Şĭ.
lho kok belom diBEBER……nunggu nganti
ngiLER iki… !!!
he he he ….
naskah lengkap sudah didapat, tetapi masih belum dapat acuan pembagian per jilidnya.
asyikkkkkkkkkkkkkkk, menunggu (masih gaya bang haji)
hadir lagi ach…….
hadir malem senen,
hadir tengah menjelang subuh
ikutan gabung NSSI
iKUT aBSEN dI bELAKANG kI aJI..